Senin, 22 Maret 2010

Merubah Generasi Muda Yang Lemah Dengan Kesempurnaan Etika

Generasi muda hari ini adalah gambaran masa depan generasi berikutnya. Apabila baik generasinya maka akan baik pula generasi di zamannya. Generasi yang lemah hanya akan membuat masalah dalam membangun generasi yang akan datang. Perbaikan generasi muda berarti adalah perbaikan generasi suatu bangsa. Oleh karena itu, eksistensinya sangat menentukan di dalam kehidupan masyarakat. Sifat generasi muda atau sifat remaja saat ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat menimbulkan penyimpangan.

Jika dilihat hari ini maka akan terbukti bahwa para remaja banyak yang melakukan penyimpangan. Salah satu faktor perilaku penyimpangan yaitu tindak kekerasan. Tindak kekerasan adalah perilaku menyimpang. Kekerasan secara fisik merupakan jenis penyimpangan yang mudah sekali terjadi. Penyimpangan ini bisa jadi berupa sebuah pukulan, tamparan, gigitan, melempar, dan aksi lainnya yang bisa menyebabkan luka fisik, meninggalkan bekas, dan menyebabkan rasa sakit yang sangat. Harus dipahami tidak ada alasan satu pun yang membolehkan orang berbuat menyimpang pada orang lain. Tetapi, beberapa faktor menyebabkan seseorang menjadi cenderung berperilaku menyimpang. Tumbuh besar di keluarga yang berperilaku menyimpang adalah salah satu faktor pendorong seseorang berperilaku menyimpang. Sementara, yang lain menjadi berperilaku menyimpang karena mereka tidak mampu mengatur perasaan mereka sendiri. Hal ini tentu saja menjadi masalah sosial yang kompleks. Masalah sosial yang dikategorikan dalam perilaku menyimpang diantaranya adalah kenakalan remaja. Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Banyak sekali bentuk kenakalan remaja saat ini seperti berbohong, pergi ke luar rumah tanpa pamit pada orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, membuang sampah sembarangan, kebut-kebutan, mencuri,minum-minuman keras, hubungan seks di luar nikah, menyalahgunakan narkotika, kasus pembunuhan, pemerkosaan, serta menggugurkan kandungan.

Hal ini sangat memprihatinkan mengingat kita adalah generasi muda yang menjadi tumpuan orang tua, masyarakat bahkan negara. Jika hal ini dibiarkan maka moral suatu bangsa akan jatuh. Untuk itu kita sebagai generasi muda harus sadar akan hal ini. Bahkan sadar saja tidak akan cukup merubah ini semua tanpa adanya tindakan nyata oleh diri kita masing-masing. Generasi muda hari ini seolah-olah kehilangan jati diri dan etika. Tidak tahu harus apa, kemana, untuk apa dan bagaimana. Kita lupa siapa diri kita sebenarnya dan apa tujuan kita hidup di dunia ini.

Salah satu Hadist mengatakan bahwa “Barang siapa mengenal dirinya maka dia pasti akan mengenal Tuhannya”. Jika kita tidak tahu siapa kita sebenarnya maka kita tidak akan tahu siapa Tuhan kita. Walaupun agama kita tercantum dalam KTP, tetapi untuk apa jika kita tidak mengerti sama sekali tentang agama yang kita anut. Kita menjadi buta dan tidak tahu kemana arah dan tujuannya. Kita hanya mengikuti apa yang kita tidak pengetahuan tentangnya dan kita selalu mengikuti kebanyakan orang di muka bumi ini. Padahal mereka hanya mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta.

Seharusnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin rendah melakukan kenakalan. Sebab dengan pendidikan yang semakin tinggi, nalarnya semakin baik. Artinya mereka tahu aturan-aturan ataupun norma sosial mana yang seharusnya tidak boleh dilanggar. Atau mereka tahu rambu-rambu mana yang harus dihindari dan mana yang harus dikerjakan Tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Menurut data statisik Mereka yang tamat SLTA justru yang paling banyak melakukan tindak kenakalan 17 responden (56,7%) yang berarti separoh lebih, dengan terbanyak 12 responden (40%) melakukan kenakalan khusus, 2 responden (6,7%) melakukan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, dan 4 responden (13,3%) melakukan kenakalan biasa. Demikian juga mereka yang pendidikan terakhirnya SLTP, dari 12 responden, 11 responden (36,7%) melakukan kenakalan khusus Dengan demikian maka tidak ada hubungan antara tingkatan pendidikan dengan kenakalan yang dilakukan, artinya semakin tinggi pendidikannya tidak bisa dijamin untuk tidak melakukan kenakalan.

Hal ini semakin jelas dan nyata bahwa kita sebagai generasi muda sedikit demi sedikit terkikis moral dan etikanya. Kita semakin jauh menyimpang yang hanya akan membuat kita binasa secara perlahan tapi pasti. Di satu sisi para petinggi-petinggi negara yang sudah uzur yang sudah lemah fisiknya dan sudah tidak lama lagi hidupnya. masih saja sibuk mencari kekayaan dan kekuasaan. Sedangkan kita generasi mudanya yang ditunjuk untuk menjadi pengganti mereka di masa depan. Ternyata juga sibuk dalam kenakalannya. Apa kita termasuk generasi pengganti yang jelek atau tidak?. Kita bisa menilai dari banyak hal di atas.

Sudah semestinya kita memilih jalan yang di ridhoi Allah.

Terdapat beberapa bekal pemuda yang telah diwasiatkan oleh para ahli ilmu yaitu :

1. Ilmu yang bermanfaat

“Belajarlah, karena tidak ada seorangpun yang dilahirkan dengan berilmu” (Imam

Syafi’i)

2. Iman yang mantap

Iman yang menancap dalam-dalam kedasar hati tidak mudah goyah, sehingga mampu

menopang pohon agama seluruhnya.

“ Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derjat...”

3. Kesempurnaan Akhlaq (Etika)

Dengan akhlak yang sempurna maka perilaku penyimpangan dan kenakalan remaja saat ini bisa dihindari. Hal ini yang seharusnya dibangun dan diberikan kepada setiap anak-anak dan remaja.

Pertanyaannya sekarang. Bagaimana kita membangun itu semua?. Bagaimana caranya?. Dan dari mana kita mendapatkan ilmunya?. Mengingat pendidikan formal tidak menjamin perubahan moral dan akhlak anak-anak dan remaja saai ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar